Teringat kata - kata desainer ternama Musa Widyatmodjo dalam pembicaraannya saat seminar dikampus saya beberapa minggu lalu, fashion itu bukan sekedar baju cantik atau jelek. Tetapi fashion juga menggambarkan sesuatu mengenai fenomena sosial, entah itu mengenai ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain lain. Suka atau tidak suka, fenomena ini akan selalu ada, dan ada kalanya layak untuk diperhatikan. Mengaitkan fenomena sosial dengan suatu karya, selain menunjukkan bahwa sang pencipta karya memiliki simpati dan empati terhadap fenomena sosial tersebut, ini sekaligus sebagai gerakan persuasif yang sifatnya mengajak masyarakat yang menikmati karya tersebut untuk merasakan apa yag terjadi dalam fenomena sosial tersebut. Penginterpretasian oleh sang pembuat karya lah yang akan menentukan seberapa besar gerakan persuasif itu dapat merangkul para penikmat sebuah karya yang dimaksud dan seberapa dalam pula simpati dan empati mereka. Oleh karena itu seharusnya memang ada karya yang menyangkut fenomena sosial ini. Justru ini malah menambah nilai bukan? Melakukan sebuah tujuan mulia karena sifatnya mengajak, turut simpati dan berempati.
Mengaitkan fenomena sosial yang sifatnya persuasif memang bukanlah yang hal yang mudah. Diperlukan penekanan yang meyakinkan dan bahasa yang mudah dimengerti agar ajakan yang dimaksud dapat membuat orang yang diajak mengerti dan mau untuk mengikuti ajakan tersebut, Sebut saja salah satunya Yayasan Jantung Indonesia yang bekerjasama dengan desainer kondang Arie Saputra. Dalam Jakarta Fashion Week 2010, para undangan fashion show Arie saputra diajak untuk mengenakan dresscode merah. Dalam hal ini, Ketua Yayasan Jantung Indonesia dalam orasinya menyebutkan bahwa merah dalam dresscode ini adalah sebagai bentuk kewaspadaan terhadap penyakit jantung. Seperti yang kita ketahui bahwa serangan jantung adalah serangan yang mematikan yang paling sering terjadi dan menjadi 'pembunuh' teratas. Dan sudah seharusnya kita waspada dan berhati - hati terhadap penyakit ini. Karena begitu berbahayanya penyakit ini, Yayasan Jantung Indonesia melakukan penggalangan dana untuk membantu masyarakat tidak mampu yang membutuhkan operasi jantung. Tidak lupa pun, Yayasan Jantung Indonesia melalui Fashion Peduli Femina group tetap menunjukkan empatinya dengan menyisihkan sebagian dananya untuk korban bencana alam yang menimpa Indonesia belakangan ini.
Tetap dengan temanya "Styling Modernity", Jakarta Fashion Week 2010 kali ini menampilkan pula show BNI Cita Tenun Indonesia: Cita Swarna Bumi Sriwijaya. Show ini menampilkan hasil olahan kain dari sumatera selatan oleh para desainer papan atas Indonesia. Dalam hal ini, BNI dan para desainer melakukan pelatihan kepada para pengrajin yang ada dikampung binaan BNI mengenai proses produksi menenun bahan. Mereka ingin mengubah pemikiran para penenun yang selama ini menganggap bahwa yang harus mereka hasilkan adalah kain atau produk jadi yang bisa langsung digunakan. Mereka juga memperkenalkan hal hal dalam proses produksi pembuatan bahan yang berkaitan dengan efisiensi komposisi yang digunakan untuk menghasilkan sebuah bahan tesebut, agar biaya produksi dapat ditekan. Dalam pelatihan ini pula, seperti yang dilakukan oleh oscar dan kolaborasinya dengan Laura Miles, tim pelatih penenun yang ada kampung binaan BNI ingin mengembalikan hakikat bahan tersebut, tetapi mendesainnya dengan permainan warna, komposisi, ukuran yang harmonis dan baru. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para penenun bahan dapat menjual hasil tenunannya dan mengikuti perkembangan sehingga tidak terkesan kuno dan monoton. Intinya dari pelatihan ini adalah mengembalikan mereka "ketempat seharusnya mereka berada" dan mengajari mereka berkreativitas, bukan mengubah mereka menjadi sesuatu yang baru. Yah seperti kasus rok vintage yang dimix and match menjadi gaya masa kini yang pernah saya bahas sebelumnya.
Dalam shownya sendiri, BNI presents Cita Tenun Indonesia: Cita Swarna Bumi Sriwijaya yang menampilkan koleksi oleh para desainer papan atas Indonesia, tidak hentinya mengundang decak kagum. Saya pribadi aslinya pengen banget teriak saking ga kuatnya pengen bilang bagus (sampe juga mangap mangap sendiri dan diliatin ama Lenny Agustin yang duduk persis berhadapan dengan saya. *oiya waktu nonton show ini saya ada di front row). Tapi ini serius, beneran bagus. Koleksi para desainer ini menggunakan bahan asal Sumatera selatan hasil tenunan para penenun binaan kampung BNI tadi. Koleksi yang ditampilkan benar benar classy. Bahkan saya aja ga nyangka kalo itu adalah kain tradisional. Para desainer mengemasnya dengan gaya yang modern, glamour, ceria, penuh warna tetapi tetap elegan dan mengesankan karakter budaya Indonesia dengan filosofi bahannya. Dan ketika kreativitas berbicara, siapa yang tidak akan mengagumi? Inilah yang saya sebut from Something to Amazing.
Lihatlah koleksi dari Tayada yang mendesainnya warna cerah dan meng-mix and match-kannya dengan gaya yang modern. Kemudian, untuk menjangkau pasar anak anak, Sebastian Gunawan for Bubble Girls menampilkan koleksi untuk anak yang berkesan girly dan etnik. Sebastian Gunawan mungkin disini ingin memupuk untuk mencintai budaya dari negeri sendiri sejak dini. Jika iya, hal yang seharusnya dilakukan bukan? Denny Wirawan pun menampilkan kreativitasnya dengan mengolah tenunan bahan tersebut dan meng-mix and match-kannya dengan gaya 50an ala Audrey Hepburn yang mengesankan elegan, girly dan sexy. Warna warna girly, mencolok dan bulu menjadi daya tariknya.
Dan terakhir, koleksi super berani oleh Priyo Oktaviano. Dengan tema budaya dari timur, Priyo oktaviano dengan berani meng-mix and match-kannya menjadi sebuah look yang mengesankan wanita super dan tangguh. Dengan aksesoris dan sepatu yang mengikuti kesan itu, Priyo Oktaviano membuatnya from something to Amazing!
Dengan kreativitas, para desainer sendiri telah menampilkan hasil karya mereka. Dengan tujuan mulia untuk mengangkat budaya sendiri menjadi sesuatu yang dicintai oleh masyarakatnya sendiri, tentunya mereka tidak akan bisa terus konsisten tanpa adanya respek dari para pecinta mode. Untuk itu teruslah menghargai karya anak negeri. Anna Wintour aja sendiri bilang "Selalu ambil kesempatan dimana tujuannya adalah menolong". Dengan menolong sebagai niat awal, setidaknya kita akan mencari tahu apa yang sudah kita tolong. Dan bila kita sudah mengetahuinya, pasti akan muncul ketertarikan. Ketertarikan karena konsep serius yang dibuat oleh para pembuat karya (desainer). Dan pada hasil akhirnya akan membuat kita menjadi loyal dan membuat kita secara tidak sadar kita menggunakan produk yang dihasilkan dari budaya Indonesia dan kita telah melestarikan budaya. Atau mungkin andakah seseorang yang akan membuat From something to amazing berikutnya? :D
No comments:
Post a Comment