Thursday, November 11, 2010

Untukmu Indonesiaku: Jakarta Fashion Week 2010

Bila kita mendengar kata - kata "Kalau bukan kita, siapa lagi?", tentunya secara tidak langsung itu adalah ajakan walaupun bentuknya dalam sebuah pertanyaan. Termasuk juga dalam menghargai karya anak negeri. Tidak ada yang bisa membuat karya itu besar selain warga negaranya sendiri. Bila warga negara asing yang justru mengapresiasi? justru harusnya MALU. Mereka juga nasionalis dan patriotis, sementara kita? tetap dengan budaya "Rumput tetangga selalu lebih hijau". Sebagai pandangan pribadi, yang bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan. Betapa disayangkannya bila ada yang membedakan (dunia fashion) disini dengan negara si empunya yang maksudnya mengelu-elukan mereka dan mengesankan fashion disini sebagai sesuatu yang dianggap sebelah mata.

Okay, itu hak pribadi seseorang. Tapi karena saya mendengar, jadi saya juga berhak untuk mengkritik dalam pandangan saya secara pribadi. Sebagai sesuatu yang salah banget, bila ada yang beranggapan bahwa fesyen Indonesia tidak seperti fesyen new york, milan atau paris. Dan kenapa fesyen New York, Milan atau Paris bisa besar dan menyihir orang - orang di dunia untuk berkiblat kesana.

Pertama, karena mereka adalah pioneer atau penemu dan asalnya. Kedua, karena warga negara mereka menghargai dan menggunakan produk di negerinya sendiri. Oleh karena itu, kita tidak akan mungkin melunturkan budaya si empunya. Yang bisa kita lakukan adalah menanam pemikiran untuk menggunakan karya anak negeri dan turut berpartisipasi didalamnya. Setelah tertanam pemikiran seperti itu, maka akan muncul semacam kritikan yang tujuannya membangun untuk membuat sang pencipta karya lebih meningkatkan mutu karyanya. Tujuan jangka panjangnya adalah, menjadikan dunia fashion di negeri ini besar dimata warga negaranya sendiri. Setelah besar dimata warga negaranya sendiri, bukannya tidak mungkin bila negara lain melirik karya anak negeri disini.

Saya yakin orang orang itu tidak bodoh, bila mereka melihat produk dengan mutu yang bagus dan dapat bersaing, tidak akan ada yang tidak tertarik dengan produk dalam negeri yang seperti itu. Dua kelebihannya, mutunya bagus, dan hasil buatan anak negeri. Ada nilai nasionalis dan patriotis disini.

Di dunia fesyen sendiri, Desainer sudah mati - matian meningkatkan mutunya, pemerintah juga telah mendukung dengan adanya program industri kreatif 100% Indonesia, sekarang tinggal masyarakatnya yang ditunggu respeknya. Sedikit open minded dan menambah sifat ingin tahu dan bukan hanya menjadi pengikut tren dari luar akan menjadikan seseorang sebagai konsumen yang pintar. Saya sendiri secara pribadi beranggapan bahwa, bila seseorang begitu bangganya memamerkan tas merek luar yang harganya berjuta juta dan sesuai tren dari luar, okay meningkatkan status dan prestise dianggap sebagai orang kaya, sebagai seseorang yang stylish. Itu hak seseorang juga kok. Tapi, You just a Follower. Siapa yang menyihir orang orang seperti itu, ya penentu tren dari negara luar yang jelas. Engga mau munafik juga, setiiap orang pasti memiliki rasa ingin dihargai dan dilihat. Maka dari itu orang tidak sedikit orang yang berlomba untuk menjadi keren dan otomatis jadi dilihat orang.

Dan mengenai hal itu, Lebih keren mana antara disihir sama penentu tren dari luar tetapi menjadi follower bagi banyak orang yang sama tersihir pula oleh penentu tren dari luar tersebut, ATAU disihir sama penentu tren dari dalam negeri yang juga menjadikan seseorang sebagai follower, tapi memiliki ciri khas yang berbeda dan tidak akan sama dari negara lain? Sekali lagi itu hak pribadi seseorang. Tetapi sekali lagi saya tekankan bahwa kita tidak akan bisa melunturkan budaya sang pioneer, yang bisa kita lakukan adalah menjadikan karya anak negeri besar sehingga negeri kita dalam dunia fesyen memiliki ciri khas yang tidak sama dengan negara lain.

Engga mau munafik juga, dalam hal patriotis dan nasionalis sendiri, tidak akan mungkin semua warga yang ada didalam suatu negara 100% menggunakan produk dalam negeri, pasti tetap ada kekurangan, yang membuat mereka beralih ke produk asing. Hal ini pasti perlu proses, seiring dengan berjalannya waktu, pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin dalam akan segera diraih pelan pelan. Karena itulah diperlukan banyaknya inovasi. Dengan adanya inovasi, akan memperbanyak konsumen loyal. Karena pada dasarnya, mengapa seseorang bisa loyal terhadap suatu produk, ya pasti jelas jawabannya karena produk itu memiliki ciri khas yang berbeda yang tidak ditemukan dalam produk lain. Siapa aja bisa kan menjadi innovator, hanya aja diperlukan niat, dan pengetahuan yang luas untuk menjadi innovator. Jakarta Fashion Week juga merupakan salah satu innovator mode di Indonesia, dengan fungsinya sebagai wadah dialog antara desainer, konsumen dan media tentunya bila kita disini sebagai konsumen, dapat memanfaatkan acara ini untuk membuat sebuah inovasi yang baru. Mungkin sebuah hal yang engga gampang melakukan sebuah inovasi, mengingat ada keterbatasan dalam berbagai hal yang masih menjadi kendala, Tetapi bila niat dan hal itu udah muncul, merupakan suatu progress yang baik tentunya.

Berbicara tentang inovasi dan kaitannya dengan nasionalisme dan patriotisme, adalah Level One. Sebuah zona disalah satu tempat pusat perbelanjaan di Jakarta yang mencoba untuk meraih pangsa pasar kawula muda yang modern, dinamis, energik dan berani, menggelar shownya untuk kedua kali setelah di hari kedua, Minggu 7 november lalu melakukan show. Brand Brand lokal karya anak negeri ini memiliki ciri dimana desainnya dan bahannya modern, tetapi tetap ingin mencoba memasukkan unsur budaya Indonesia didalamnya. Selain hal itu, ada pula desainnya yang modern dan benar benar mengikuti kebutuhan pasar, at least ini karya anak negeri dan mereka masih memulai. Mudah mudah seiring dengan berjalannya waktu, mereka move on dan mencoba mengeksplorasi budaya negeri sendiri dan memasukkan kedalam desain mereka. Seperti yang dilakukan oleh label Aink Shirt. Dengan desain yang modern, Aink shirt mencoba untuk memasukkan unsur budaya Indonesia kedalam desain mereka. Hasilnya? Perpaduan antara styling modern dengan mix and match aksesoris yang etnik. Sebuah "penyelipan" yang bagus, dimana konsumen akan memandang itu adalah gaya modern seperti yang mereka inginkan, sementara mereka (kalau) tidak menyadari bahwa mereka telah menggunakan produk yang memiliki filosofi budaya Indonesia. Sementara Magic Happens mencoba memikat dengan desain simple dan segmen ready to wear nya.






Sementara mengenai inovasi, erat pula kaitannya dengan revolusioner. Ghea panggabean adalah salah satunya dalam dunia modeIndonesia. Pada tahun ini Ghea menggelar shownya Ghea 30 years dedication to Fashion. Ghea dengan ciri khasnya tentang pakaian ready to wear, menceritakan awal mulanya ia berkarier di dunia fashion. Dimana ia setelah lulus kuliah fashion di London, dengan semangat cinta Indonesia-nya Ghea mulai untuk merintis karir di Indonesia. Ghea juga menjelaskan bahwa pada saat itu masih sangat minim wadah untuk mempromosikan karya desainer sehingga iya harus struggling dan survive untuk tetap bisa konsisten di dunia fashion dan mengembangkan dunia fashion di Indonesia. Inilah dedikasi Ghea untuk dunia mode Indonesia. 30 tahun berkarier di dunia mode bukanlah waktu yang singkat.

Ghea sendiri dalam shownya kali ini menampilkan karyanya mengenai bahan dan kain sejak pertama kali ia mulai berkarier dan mengemasnya dengan desain dan motif yang modern ala era millenium. Ghea juga menunjukkan rasa bersyukurnya karena dunia mode di Indonesia telah berkembang pesat tidak seperti saat jamannya dahulu. Sekarang banyak sekali wadah untuk mempromosikan karya desainer seperti mal, butik dan salah satunya Jakarta Fashion Week ini. Sementara itu mengenai karirnya 30 tahun dedikasinya di dunia fashion Indonesia, Ghea melalui kerjasama dan dukungan dari Femina group akan meluncurkan buku mengenai karir 30 tahunnya di dunia fashion. Didalam buku itu selain isinya tentang perjalanan karir Ghea, juga terdapat pembahasan mengenai bagaimana Ghea mendapatkan ide dan prosesnya. Sebuah penjelasan yang terang - terangan.

Karena pada dasarnya dimana Ghea ingin memajukan dunia mode Indonesia, Ghea juga ingin membagikan pengalaman dan ilmunya untuk semua pembaca bukunya sehingga mereka bisa mendapat ilmu dan belajar dari pengalamannya. Sebuah tujuan yang mulia bukan? Ghea juga mengatakan sudah saatnya mendukung desainer muda untuk memajukan dunia mode Indonesia, ini bukan berarti Ghea menyerah atau selesai. Ghea akan tetap terus berkarya dengan karya karya selanjutnya, salah satunya adalah kembali mengeluarkan koleksi ready to wear nya dan kembali mengaktifkan Ghea kids yang sudah lama vakum karena kendala waktu dan kesibukan. Ghea berjanji akan membuat sesuatu yang baru mengenai Ghea kids ini berbekal dari pengalaman 30 tahunnya berkarya di dunia mode. Salah satu hal yang saya puji bagi Ghea adalah ketika ia menyatakan bahwa kecintaannya terhadap Indonesia lebih kuat dibanding ego pribadinya untuk mendunia. Siapa yang tidak mau mendunia dan dikenal secara internasional? Sebenarnya Ghea sendiri mengerti mengenai hal untuk mendunia tersebut. Ia menceritakan kisah Kenzo yang awal mulanya ia dari Jepang, dan harus menetap di Paris dan struggling disana. Dan dari sanalah brand tersebut mendunia, dan brand itu pun dikenal sebagai brand asal paris, walaupun sebenarnya pendirinya dari Jepang.

Apa yang dikatakan Ghea memang benar terjadi, kasus ini mirip dengan kisah penyanyi Anggun C Sasmi. Anggun sendiri harus menanggalkan status kewarganegaraan Indonesianya dan menjadi warga negara Prancis, kemudian ia membangun karir disana dan sukses terkenal secara internasional. Tetapi hal ini sama sekali tidak menyilaukan Ghea, ia tetap memilih untuk membesarkan dunia mode Indonesia dan memilih berkarir di Indonesia. Sebuah keputusan yang mulia menurut saya. Dan keputusan itu tidaklah sia sia, sekarang dunia mode di Indonesia sudah berkembang pesat dengan banyaknya wadah dan acara seperti Jakarta Fashion Week ini. Pelajarannya adalah Ghea telah menunjukkan bahwa ia konsisten dengan apa yang dijalaninya, ia menyatakan bahwa bila ia mencintai sesuatu maka ia akan enjoy melakukannya dengan senang hati.

Sementara dengan shownya sendiri, Ghea menampilkan bermacam bahan dari budaya Indonesia yang dikemas dalam desain dan motif yang modern ala era millenium. Inspirasi yang ia dapat dari koleksinya ini adalah melalui travelling, Ghea juga menjelaskan bahwa ia sangat hoby melakukan cross culture antara budaya dari "sana" dan dari "sini" dengan meng-mix and match-kannya menjadi sebuah look yang etnik dan modern. Dan show Ghea kali ini secara keseluruhan saya gambarkan sebagai feast for the eyes. Banyak sekali permainan warna dan komposisi yang sangat indah dipandang. Bahan tradisional yang diolah Ghea berubah menjadi busana modern yang cantik dan anggun. Seperti motif tenun print kain ringan, tenun emas yang dikombinasikan dengan velvet, menjadikan koleksi Ghea malam itu sebagai pertunjukkan yang wah! Saya sendiri ga berhenti berdecak kagum. Dalam show ini pula muncul aura kekeluargaan disini, karena Ghea menampilkan model dari berbagai era seperti Vera Kinan, Wiwied, dan Sarita. Sementara itu muncul pula kedua putri Ghea dan kerabat yang sedang menggendong buah hatinya. Saat itu para bayi yang sedang digendong tampaknya mengenakan pakaian yang akan dikeluarkan oleh ghea selanjutnya, yakni Ghea kids.








Dan bila anda misalkan adalah seorang desainer dan seseorang mengatakan dan mengungkapkan keinginannya melihat kita untuk bisa mendunia, apa yang dijelaskan Ghea patut dijadikan patokan. Bahwa dimana tidak akan ada yang bisa membuat bangsa sendiri itu besar selain warga negaranya sendiri, dan bila telah bangsa itu telah besar oleh warga negaranya sendiri, tidak akan mungkin dunia luar juga tidak memberikan apresiasi. Hanya saja dengan konsistensi dan dedikasi untuk negeri sendiri, hal itulah yang akan membuat kita besar dan melunturkan budaya "rumput tetangga selalu lebih hijau".

No comments:

Post a Comment